Yang Sering Berkunjung

Cari Blog Ini

Entri Populer

Kamis, 30 Maret 2017

DISRUPTION (Valuasi Blue Bird 9,8 triliun rupiah, Garuda Indonesia 12,3 triliun rupiah) sedangkan Grab Rp 20 triliun rupiah GO-JEK 17 triliun rupiah


Diamabil dari bukunya Prof Rhenald Kasali yang judul nya DISRUPTION  ada yang menarik untuk di ketahui disebutkan bahwa Akibat serangan disruption, laba bersih dua perusahaan taksi besar di Indonesia turun drastis per September 2016. Berdasrkan data dari September 2015 hingga September 216, Blue Bird, mengalami penuruan laba bersih sebesar 42,3 % (dari 6291,1 milyar rupiah menjadi 360,8 miliar rupiah). Sementara itu Taksi Express mengalami rugi bersih sebesar 81,8 miliar rupiah (dari sebelumnya meraup untung sebesar 11,8 miliar rupiah).

Pada juni 2016, Tech Crunch melaporkan kajiannya tentang valuasi perusahaan-perusahaan transportasi tersebut dan menyebutkan bahwa nilai valuasi GO-JEK sebesar 1,3 miliar dolar AS (17 triliun rupiah) dan Grab sebesar 1,6 miliar dolar AS (20 triliun rupiah). Sementara itu, Garuda Indonesia yang sudah ada sejak 1947 dan mengoperasikan 197 pesawat, hanya dihargai 12,3 triliun rupiah. Blue Bird yang memiliki sekitar 27 ribu taksi reguler dan ribuan taksi eksekutif serta limosin hanya dinilai 9,8 triliun rupiah. Padah kita tahu bahwa GO-JEK sama sekali tak mempunyai armada, tetapi bermitra dengan 200 ribu pengemudi pemilik kendaraan di kota-kota besar.

Jadi, dalam sejarah disruption terdapat akhir yang berbeda. ada yang terancama hilang besar-besaran dan ada pula yang merangsek pasar dengan begitu lincahnya. Situasi ini agak mirip dengan situasi ketika produsen-produsen elektronik membuat lemari es. begitu lemari es menyerbu pasar, matilah ribuan pabrik-pabrik es batu konvensional yang dulu dikenal memasok es-es batu seukuran balok kayu kepasar -pasar tradisional. yang kemudian dipecah-pecah menjadi ukuran kecil dan sampai di rumah orangtuan kita untuk membuat es siorp.

Mengapa perusahaan-perusahaan tua seperti Telkom bisa selamat menghadapi disruption? ini tentu tak hanya terjadi pada PT Telkom. Di Amerika Serikat, Ketika telpon selular merangsek pasar, AT&T tetap bertahan. Kalaupun berganti nama atau melakukan merger, merka tetap eksis. Mengapa hal ini takbisa dilakukan oleh perusahaan taksi, yang terlihat begitu berat menghadapi kedatangan pemain-pemain baru yang melakukan inovasi model bisnis?