Yang Sering Berkunjung

Cari Blog Ini

Entri Populer

Rabu, 02 Desember 2015

Good To Great: dari Baik menjadiPerusahaan Hebat



Baik adalah Musuh dari Hebat
Adalah kata-kata pembuka yang ada di halaman awal buku good to great ini. Buku ini berusaha menjelaskan beberapa alasan mengapa hanya beberapa perusahaan tertentu yang berhasil melompat dari sekedar ‘baik’menjadi ‘hebat’. Sedangkan kebanyakan perusahaan tidak bisa mencapai tingkat ‘hebat’ karena mereka merasa sudah ‘baik’.
Buku ini adalah jawaban, rahasia besar bagi mereka yang ingin menjadikan perusahaannya menjadi great!

1. Kepemimpinan tingkat 5, adalah kepemimpinan yang ditemukan dalamriset yang dilakukan untuk menulis buku good to great ini.Kepemimpinan ini memadukan antara profesionalisme dengankerendahan hati menjadi satu hal baru. Jim Collins menyebutnya paradoks. Mereka adalah para pemimpin yang sangat ambisius dalam bekerja, tidak punya agenda tersembunyi untuk kepentingan pribadi,tetapi semua ambisinya hanyalah untuk kesuksesan perusahaan. 

Mereka bukanlah orang yang suka menepuk dada jika berhasil, tetapi lebih sukamenunjuk teamnya yang berhasil. Mereka tidak suka menyalahkan,mereka menunjuk diri sendiri jika terjadi kesalahan dan segeramemperbaikinya. Mereka juga menerapkan sistem suksesi kepemimpinanyang baik dengan pengganti yang memiliki kepribadian dan visi yangkurang lebih sama dan mereka senang jika penggantinya nanti dapatmemimpin perusahaan sehingga mencapai kesuksesan yang lebih baik dibanding mereka sekarang.

2. Pertama siapa… Kemudian apa. 
Dalam Good to Great inidiumpamakan seperti penumpang yang menunggu antrian untuk masuk ke dalam bis. memilih penumpang terlebih dahulu, itu lebih pentingdibanding ke mana bis yang akan kita bawa menuju. Artinya, tim kita danorang-orang yang ada di dalamnya memegang peranan yang lebih pentingdibanding arah tujuan perusahaan. Sehingga dalam proses rekruitmen,menentukan orang yang tepat adalah hal yang wajib dilakukan agar visi perusahaan tercapai. Jadi, menemukan orang-orang yang kita anggaplayak adalah wajib hukumnya kemudian baru kita arahkan ke arah manayang tepat.


3. Hadapi Fakta Brutal. Jim Collins menggunakan istilah Stockdale paradox. 
Stockdale adalah nama seorang kolonel penerbang amerika yang pada saat perang Vietnam pesawatnya tertembak jatuh. Melaluikeuletannya, ketangguhannya bertahan dalam kamp tawanan serta dapatmemotivasi tawanan yang lain melalui metode yang sederhana. Iamenciptakan bahasa isyarat berupa ketukan di dinding, yang jika didengarkan labih detail adalah berupa kata-kata motivasi bagi tawananyang lain untuk terus bertahan sampai hari kebebasan. Semangatstockdale inilah yang mengilhami Jim Collins untuk mengambilnyamenjadi contoh good to great di bagian ini.

4. Konsep Landak adalah konsep yang mengatakan bahwa jika Andaingin menjadi Good to Great Company, maka Anda harus fokus padaKeunggulan Anda, yaitu: Fokus kepada apa yang menjadi hasrat utamaAnda, fokus pada mesin uang Anda dan fokus pada bidang di mana Andadapat menjadi yang terbaik. Ibarat landak yang selalu diganggu bila bertemu rubah, ia tidak menggubris gangguan itu, tetapi hanya diamsambil memekarkan duri-duri di tubuhnya ke segala arah. Ketika rubahtelah pergi ia melanjutkan perjalanannya. Fokus, fokus, fokus!

5. Budaya Disiplin Menciptakan Budaya Disiplin sebagai budaya yang betul-betul mengakar menjadi langkah berikutnya untuk menggapai darigood to great. disiplin dalam hal taat terhadap azas, aturan baku, SOPyang ada diperusahaan serta selalu mengembangkan kreativitas untuk  peningkatan kinerja. Bernard H. Semler, akuntan di Abbot menjadi perintis perilaku disiplin untuk departemen akunting. Dia memandang bahwa sistem kerja akuntan tradisional sudah bukan jamannya lagi. Olehkarena itu dia memperkenalkan Responsibility Accounting yangmerupakan mekanisme baru bahwa laporan cost, pendapatan perusahaan,dan investasi akan mudah diidentifikasi dengan masing-masing pekerja bertanggung jawab atas tugasnya. Kebijakan yang waktu itu tergolongradikal ini nyatanya mampu membawa Abbot menjadi jaya karenaakhirnya diterapkan pada semua departemen.

6. Teknologi Pemercepat Tidak satu pun perusahaan good to greatmemulai transformasinya dengan menjadi pelopor teknologi, sekali pundemikian mereka semua menjadi pelopor dalam aplikasi teknologi setelahmereka memahami bagaimana teknologi itu cocok dengan perpotongantiga lingkaran mereka. Hati-hati, teknologi digunakan setelah sumber daya manusianya siap untuk mengaplikasikan teknologi tersebut. Karena jika dibalik, teknologi baru mempersiapkan manusianya, maka akan


terjadi gagap teknologi massal yang akibatnya malah menjadikan kinerja perusahaan menurun.Good to Great Companies selalu mengatakan bahwa prestasi luar biasayang mereka raih bukanlah sebuah keajaiban yang harus dibesar- besarkan. Semua berjalan dengan normal dan natural. Semua orang hanya bekerja keras dari waktu ke waktu. Padahal itulah salah satu bentuk darikelebihan yang mereka miliki: rendah hati.Tags: kepemimpinan motivasi pelatihan