Baik adalah Musuh dari Hebat
Adalah kata-kata pembuka yang ada di
halaman awal buku good to great ini. Buku ini berusaha menjelaskan beberapa
alasan mengapa hanya beberapa
perusahaan tertentu yang berhasil melompat dari sekedar ‘baik’menjadi
‘hebat’. Sedangkan kebanyakan perusahaan tidak bisa mencapai tingkat ‘hebat’
karena mereka merasa sudah ‘baik’.
Buku ini adalah jawaban, rahasia besar bagi mereka yang ingin menjadikan perusahaannya
menjadi great!
1. Kepemimpinan tingkat 5, adalah
kepemimpinan yang ditemukan dalamriset yang dilakukan untuk menulis buku good
to great ini.Kepemimpinan ini memadukan antara profesionalisme dengankerendahan
hati menjadi satu hal baru. Jim Collins menyebutnya paradoks. Mereka adalah para pemimpin yang sangat ambisius dalam bekerja, tidak punya agenda tersembunyi untuk kepentingan pribadi,tetapi
semua ambisinya hanyalah untuk kesuksesan perusahaan.
Mereka bukanlah orang yang suka menepuk dada jika berhasil, tetapi lebih sukamenunjuk
teamnya yang berhasil. Mereka tidak suka menyalahkan,mereka menunjuk diri
sendiri jika terjadi kesalahan dan segeramemperbaikinya. Mereka juga menerapkan
sistem suksesi kepemimpinanyang baik dengan pengganti yang memiliki kepribadian
dan visi yangkurang lebih sama dan mereka senang jika penggantinya nanti
dapatmemimpin perusahaan sehingga mencapai kesuksesan yang lebih
baik dibanding mereka sekarang.
2. Pertama siapa… Kemudian apa.
Dalam Good to Great inidiumpamakan seperti
penumpang yang menunggu antrian untuk masuk ke dalam bis. memilih
penumpang terlebih dahulu, itu lebih pentingdibanding ke mana bis yang akan
kita bawa menuju. Artinya, tim kita danorang-orang yang ada di dalamnya
memegang peranan yang lebih pentingdibanding arah tujuan perusahaan. Sehingga
dalam proses rekruitmen,menentukan orang yang tepat adalah hal yang wajib
dilakukan agar visi perusahaan tercapai. Jadi, menemukan orang-orang yang kita anggaplayak
adalah wajib hukumnya kemudian baru kita arahkan ke arah manayang tepat.
3. Hadapi Fakta Brutal.
Jim Collins menggunakan istilah Stockdale paradox.
Stockdale adalah nama
seorang kolonel penerbang amerika yang pada saat perang Vietnam pesawatnya tertembak jatuh. Melaluikeuletannya,
ketangguhannya bertahan dalam kamp tawanan serta dapatmemotivasi tawanan yang
lain melalui metode yang sederhana. Iamenciptakan bahasa isyarat berupa ketukan
di dinding, yang jika didengarkan labih detail adalah berupa kata-kata motivasi
bagi tawananyang lain untuk terus bertahan sampai hari kebebasan.
Semangatstockdale inilah yang mengilhami Jim Collins untuk mengambilnyamenjadi
contoh good to great di bagian ini.
4. Konsep Landak adalah
konsep yang mengatakan bahwa jika Andaingin menjadi Good to Great Company, maka
Anda harus fokus padaKeunggulan Anda, yaitu: Fokus kepada apa yang menjadi
hasrat utamaAnda, fokus pada mesin uang Anda dan fokus pada bidang di mana
Andadapat menjadi yang terbaik. Ibarat landak yang selalu diganggu
bila bertemu rubah, ia tidak menggubris gangguan itu, tetapi hanya diamsambil
memekarkan duri-duri di tubuhnya ke segala arah. Ketika rubahtelah pergi ia
melanjutkan perjalanannya. Fokus, fokus, fokus!
5. Budaya Disiplin
Menciptakan Budaya Disiplin sebagai budaya yang betul-betul mengakar menjadi langkah berikutnya untuk menggapai darigood
to great. disiplin dalam hal taat terhadap azas, aturan baku, SOPyang ada
diperusahaan serta selalu mengembangkan kreativitas
untuk peningkatan kinerja. Bernard H. Semler, akuntan di Abbot menjadi perintis perilaku disiplin untuk departemen akunting. Dia memandang bahwa
sistem kerja akuntan tradisional sudah bukan jamannya lagi.
Olehkarena itu dia memperkenalkan Responsibility Accounting yangmerupakan
mekanisme baru bahwa laporan cost, pendapatan perusahaan,dan investasi akan
mudah diidentifikasi dengan masing-masing pekerja bertanggung jawab atas tugasnya. Kebijakan yang waktu itu tergolongradikal
ini nyatanya mampu membawa Abbot menjadi jaya karenaakhirnya diterapkan pada
semua departemen.
6. Teknologi Pemercepat
Tidak satu pun perusahaan good to greatmemulai transformasinya dengan menjadi
pelopor teknologi, sekali pundemikian mereka semua menjadi pelopor dalam
aplikasi teknologi setelahmereka memahami bagaimana teknologi itu cocok dengan
perpotongantiga lingkaran mereka. Hati-hati, teknologi digunakan setelah
sumber daya manusianya siap untuk mengaplikasikan teknologi tersebut.
Karena jika dibalik, teknologi baru mempersiapkan manusianya, maka akan
terjadi gagap teknologi
massal yang akibatnya malah menjadikan kinerja perusahaan menurun.Good to
Great Companies selalu mengatakan bahwa prestasi luar biasayang mereka raih
bukanlah sebuah keajaiban yang harus dibesar- besarkan. Semua berjalan
dengan normal dan natural. Semua orang hanya bekerja keras dari waktu ke waktu. Padahal itulah salah satu bentuk darikelebihan
yang mereka miliki: rendah hati.Tags: kepemimpinan motivasi pelatihan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar